BBM Tidak Jadi Naik atau ditunda kenaikannya?
OPINI | 31 March 2012 | 01:14
Kompas.com 30 Mar 2012
Jangan Pernah Menyalahkan Demonstran atau Rakyat
Kalau mereka yang ada di Senayan asyik dengan
drama-dramanya, masyarakat kita yang dipelopori mahasiswa berdemo di
jalan dengan segala resiko. Dan ketika demo-demo menjadi anarkis,
Ketika para demonstran membakar pos polisi, mobil polisi dan fasilitas
umum lainnya, mereka berkata bahwa demonstrasi hanya meresahkan
masyarakat dan menimbulkan kerusakan saja. Para
demonstran harus ditangkap dan diadili. Tapi sebenarnya yang demo itu
masyarakat kita juga. Yang didemokan adalah kepentingan kelangsungan
hidup mereka yang akan semakin terhimpit. Dan bila dihitung, Berapa
besarkah nilai kerusakan yang ditimbulkan para demonstran? Kerusakannya
pastilah kasat mata dan dengan mudah bisa dihitung.
Coba kita kaji disisi lainnya dimana para pejabat
serakah dan koruptor menggerogoti uang Negara, para politisi sibuk
dengan kepentingan partainya dan selalu membodoh-bodohi rakyat, berapa
besar kerugian bangsa yang ditimbulkannya baik moril dan materil?
Sangat Jauh lebih besar dan sangat sulit dikalkulasi.
Umumnya masyarakat Kita Tidak Bodoh Dengan Perhitungan Subsidi.
Sebenarnya masyarakat kita mempunyai rasa toleransi
yang sangat tinggi. Kalau saja mereka para pemimpin bangsa ini mau
bertanya kepada satu persatu rakyatnya, apakah benar mereka tidak
setuju subsidi dicabut? Hampir seratus persen masyarakat kita setuju
kalau subsidi dicabut. Mereka paham atas perhitungan-perhitungannya dan
mengerti atas alasannya. Tapi mereka menolak kebijakan tersebut untuk
saat ini. Mereka menolak karena saat ini kehidupan sudah sangat sulit
dan mereka yakin sekali bila subsidi dicabut harga-harga bahan pokok
akan menjulang tinggi dan semakin menghimpit kehidupan mereka. Rakyat yakin sekali bahwa masih ada cara lain mengatasi ketimpangan APBN karena dampak kenaikan harga minyak dunia. Jadi, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menaikkan harga BBM atau mencabut subsidinya.
Nasib Demokrat Paska Penolakan Kenaikan Harga BBM
Sejak kemarin hingga dalam Sidang Paripurna DPR
tadi secara mengejutkan Golkar mengikuti jejak PKS menolak kenaikan
harga BBM per 1 april 2012. Hampir senada dengan itu PKB dan PPP juga
mengisyaratkan kurang setuju kenaikan harga BBM. Hanya PAN yang menjadi
Rexona alias setia setiap saat. Lalu bagaimana nasib Setgab maupun
Koalisi Demokrat?
Sudah jelas sekarang bagaimana akhirnya Demokrat
ditinggal oleh para sahabatnya baik dari PKS , Golkar dan partai
pendukung koalisi lainnya. Tidak ada dukungan lagi di Rapat Paripurna
akan usulan kenaikan BBM. Itu tidak mengherankan Karena dalam dunia
politik terkenal dengan slogan Tiada Teman Yang Abadi. Demokratpun akhirnya mengatakan ingin menunda kenaikan harga BBM.
Dan selanjutnya bagaimana nasib Demokrat pasca
penolakan kenaikan BBM apakah Demokrat bisa tetap survive melanjutkan
perjalanan politiknya hingga tahun 2014. Yang pasti pengalaman
membuktikan bahwa seharusnya dari awal Demokrat tidaklah perlu untuk
“membeli” teman-teman, tidak perlu mengiming-imingi koalisi dengan
jabatan menteri atau apapun karena terbukti itu sama sekali tidak
efektif dan menimbulkan sakit hati bila teman-temannya meninggalkannya.
Kalau Mau Selamat SBY Harus jadi Negarawan
Harga minyak dunia tinggi, kuota
APBN tersedot untuk subsidi BBM tapi tentunya masih ada dana tersedia
dari APBN yang bisa dimanfaatkan. Kalau saja SBY berpikir sebagai
negarawan tentunya ia bisa berupaya memangkas anggaran belanja Negara,
membuang segala pemborosan dari dana operasional pemerintah,
mengefektifkan semua pemasukan Negara, Membuat kebijaksanaan baru yang
pro rakyat dan memfilter habis alat-alat pemerintah yang tidak efektif.
Berpikir sebagai negarawan akan membuat SBY
membuang segala kepentingan partainya kedepan, menyingkirkan
kepentingan dirinya dan keluarganya sehingga mampu menarik maupun
merekrut parah ahli untuk bersama-sama membangun negeri ini. Hanya
itu satu-satunya cara menyelamatkan nama besarnya sebagai Presiden
pertama republic ini yang dipilih langsung oleh rakyatnya.
Catatan Pinggir Dari Rapat Paripurna
Dari rapat tersebut diatas terlihat jelas bahwa
PKS adalah partai yang sama sekali tidak punya prinsip. Setiap saat
suaranya bisa berubah-ubah. Partai Golkarpun mirp halnya dengan PKS
dengan cara memainkan peran abu-abunya. Partai Kebangkitan Bangsa dan
Partai Persatuan Pembangunan juga merupakan partai bingung.
Partai Demokrat bisa dinilai konsisten tetapi
tidak aspiratif, Partai Amanat Rakyat bisa dibilang konsisten, Partai
PDIP cukup konsisten, Partai Gerindra dan partai Hanura juga cukup
konsisten.
Selanjutnya semuanya kembali kepada rakyat apakah
tetap mempercayai Pemerintahnya dan DPR nya ataukah membuat gerakan
baru untuk merubah karakter Pemain-pemain sandiwara di negeri ini.
blog baru saya
BalasHapus